top of page
  • Google+ Social Icon
  • Twitter Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Facebook Social Icon

Siap-siap, Minggu Depan Akan Ada Berita Buruk Buat Rupiah

PT BESTPROFIT FUTURES BANJARMASIN

PT BESTPROFIT FUTURES - Jakarta, CNBC Indonesia - Pada 9 November, Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data penting yang akan menentukan nasib rupiah yaitu Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Data ini akan menunjukkan seberapa banyak pasokan valas yang keluar-masuk Indonesia. Sepanjang tahun ini, rupiah sudah anjlok 12,16%. Mata uang Asia lainnya memang melemah, tetapi rupiah menjadi yang terlemah kedua di Benua Kuning. Rupiah hanya lebih baik dibandingkan rupee India. - PT BEST PROFIT Melihat mata uang lain yang melemah, memang betul bahwa faktor eksternal menjadi penyebab buruknya performa rupiah tahun ini. Maklum, dolar AS memang terlalu kuat dan menjadi raja mata uang dunia. Sejak awal tahun, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang dunia) menguat 5,34%. Jadi penguatan dolar AS tidak hanya berlaku di Asia, tapi sudah mendunia. - PT BESTPROFIT Keperkasaan dolar AS didukung oleh kebijakan moneter AS yang ketat. Sejak awal tahun, The Federal Reserve/The Fed sudah tiga kali menaikkan suku bunga acuan. Bahkan diperkirakan ada sekali kenaikan lagi pada Desember, dengan kemungkinan 73,1%, menurut CME Fedwatch. Presiden AS Donald Trump memang mengecam kebijakan Jerome 'Jay' Powell dan kolega. Menurut sang penghuni Oval Office, The Fed menghalangi upayanya untuk mendorong perekonomian AS lebih cepat. Kenaikan suku bunga acuan akan membuat biaya dana menjadi lebih mahal sehingga dunia usaha maupun konsumen akan mengerem ekspansi. - BESTPROFIT FUTURES "Saya membayar bunga tinggi karena The Fed. Saya ingin The Fed tidak terlalu agresif karena menurut saya mereka melakukan kesalahan besar. The Fed sudah loco (gila) dan tidak ada alasan mereka melakukan itu, saya tidak senang," tegas Trump beberapa waktu lalu, mengutip Reuters. Namun The Fed bergeming. Bank sentral menilai sudah saatnya ada upaya untuk mengerem permintaan, karena bila tidak maka akan terjadi tekanan inflasi yang tidak perlu alias overheating di perekonomian. Caranya adalah dengan menaikkan suku bunga. - BEST PROFIT "Dengan perkiraan ekonomi ke depan, peserta rapat mengantisipasi akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam target yang ditetapkan sehingga konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah," sebut notulensi rapat (minutes of meeting) The Fed edisi Oktober 2018. - BESTPROFIT Saat ini suku bunga acuan AS berada di median 2,125%. The Fed menargetkan suku bunga akan naik menjadi median 3,1% pada akhir 2019 dan 3,4 pada akhir 2020. Dalam jangka panjang, suku bunga baru berangsur turun ke arah 3%. "Pendekatan (kenaikan suku bunga acuan) secara bertahap akan menyeimbangkan risiko akibat pengetatan moneter yang terlalu cepat yang bisa menyebabkan perlambatan ekonomi dan inflasi di bawah target Komite. Namun bila (kenaikan suku bunga acuan) dilakukan terlalu lambat, maka akan menyebabkan inflasi bergerak di atas target dan menyebabkan ketidakseimbangan di sistem keuangan," tulis notulensi rapat tersebut. - PT BESTPROFIT FUTURES Walau bertujuan mengendalikan permintaan, kenaikan suku bunga acuan punya efek samping ikut mengerek imbalan investasi utamanya di instrumen berpendapatan tetap. Oleh karena itu, dolar AS akan kembali mendapat energi penguatan setiap kali ada kabar kenaikan suku bunga acuan. Inilah yang terjadi pada 2018 sehingga dolar AS memang tidak bisa dibendung. Sumber : CNBC Indonesia

RECENT POST
bottom of page