top of page
  • Google+ Social Icon
  • Twitter Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Facebook Social Icon

Kalendar Islam Global Dipakai RI, Awal Puasa Tak Ribut Lagi

PT. BESTPROFIT FUTURES


Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin menyatakan Kalender Islam Global (KIG) berpotensi diterapkan di Indonesia. Dia mengatakan KIG mampu menyatukan keberagaman kalender Islam yang terjadi di Indonesia. BESTPROFIT "Jadi prospeknya, KIG bisa diterapkan di Indonesia. Kalau kita berhasil menyepakati KIG tunggal, diharapkan tidak ada lagi beragam kalender Islam," ujar Thomas kepada CNNIndonesia.com, Jumat (9/10). Thomas menjelaskan KIG adalah konsep kalender Islam yang berlaku secara global. Konsepnya beragam. Namun, dia berkata yang sedang dibahas di Indonesia ada dua, yakni KIG konsep Turki 2016 dan KIG konsep Rekomendasi Jakarta 2017 (Seminar Internasional Fikih Falak). PT. BESTPROFIT Lebih lanjut, Thomas menuturkan keragaman kalender Islam yang digunakan oleh ormas Islam sering menimbulkan kebingungan umat, terutama dalam penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Sehingga, saat ini sedang diupayakan ada kalender Islam tunggal. Wacana yang berkembang, lanjut dia kalender tunggal tersebut bukan hanya untuk Indonesia, tetapi bisa juga diterapkan secara global. "Kalau kita berhasil menyepakati KIG tunggal, diharapkan tidak ada lagi beragam kalender Islam. InsyaAllah tidak ada lagi kebingungan karena perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha," ujarnya. Di sisi lain, Thomas menuturkan KIG masih menemui kendala. Dia melihat eko organisasi masih kuat. PT. BEST PROFIT "Jadi masih ada keenganan ormas-ormas Islam untuk meninggalkan konsep lama dan menerima konsep baru," ujar Thomas. Dalam blog pribadinya, Thomas membeberkan wacana KIG telah mengemuka saat Muktamar Muhammadiyah di Makassar 2015 dan ditindaklanjuti dengan membuat KIG 1442 H dengan menggunakan kriteria Turki 2016. Sementara Seminar Internasional Fikih Falak 2017 juga mewacanakan KIG dengan rumusan berupa Rekomendasi Jakarta 2017. Dia menyebut tidak ada satupun konsep kalender Hijriyah dan kriterianya yang sempurna, masing-masing ada kelebihan dan kekurangan. Hal yang perlu diupayakan adalah memilih konsep kalender dan kriteria yang bisa disepakati bersama berdasarkan analisis kelebihan dan kekurangannya. Dia menambahkan sistem kalender global mensyaratkan penerimaan di tingkat pemerintah negara-negara Islam, bukan di tingkat organisasi kemasyarakatan. Sampai saat ini, lanjut dua hanya Turki yang mengimplementasikan KIG Turki 2016. "Arab Saudi pun tidak terikat dengan kalender Turki. Padahal ada yang berharap KIG bisa menyeragamkan hari Arafah di seluruh dunia. Di Arab Saudi, penentuan hari wukuf tidak berdasarkan kalender, melainkan berdasarkan rukyat. Jadi KIG Turki 2016 tidak mungkin menjadi rujukan penentuan hari Arafah," ujarnya. BEST PROFIT



Sumber : cnnindonesia

RECENT POST
bottom of page