top of page

Cara Kerja Vaksin AstraZeneca-Johnson & Johnson yang Ditunda

PT. BESTPROFIT FUTURES



Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan menghentikan sementara pendistribusian dan penggunaan vaksin AstraZeneca, khususnya pada produksi (batch) CTMAV547 yang berjumlah 448.480 dosis. Kebijakan itu keluar pasca insiden meninggalnya Trio Fauqi Virdaus (22) setelah menerima vaksin Covid-19 tersebut.


Komisi Nasional (Komnas) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menyatakan belum dapat menyimpulkan kematian Trio apakah karena menerima vaksin AstraZeneca atau faktor lain. Hingga kini, Komnas KIPI masih melakukan investigasi. BESTPROFIT


Tak hanya di Indonesia, vaksin AstraZeneca juga dihentikan sementara penggunaannya di beberapa negara, termasuk di Inggris. Salah satu penyebab penghentian adalah adanya pembekuan darah dari sejumlah penerima vaksin, bahkan menyebabkan meninggal dunia.


Selain AstraZeneca, vaksin Johnson & Johnson (J&J) juga dihentikan sementara penggunaannya di beberapa negara karena alasan adanya kasus pembekuan darah. Indonesia belum menggunakan vaksin J&J. PT. BESTPROFIT


Melansir Prevention, vaksin AstraZeneca menggunakan teknologi vektor adenovirus, versi modifikasi yang tidak berbahaya dari virus flu biasa yang biasanya menyebar di antara simpanse.


Virus yang diubah itu tidak dapat membuat penerimanya menderita flu. Virus itu justru membawa gen dari protein lonjakan virus corona baru, bagian dari virus yang memicu respons imun.


Hal itu memungkinkan sistem kekebalan untuk memproduksi antibodi yang bekerja melawan Covid-19, mengajari tubuh penerima vaksin cara merespons jika terinfeksi.


Alasan peneliti memilih adenovirus simpanse adalah sederhana: Virus yang dimodifikasi harus baru bagi orang yang divaksinasi, jika tidak, tubuh tidak akan menciptakan antibodi unik yang sangat penting itu. Vaksin Johnson & Johnson juga mengandalkan teknologi vektor adenovirus serupa. PT. BEST PROFIT


Vaksin vaksin AstraZeneca dan J&J paling mudah dikirim karena dapat disimpan hingga enam bulan antara 36 derajat F dan 46 derajat F, suhu lemari es normal.


Melansir European Medicines Agency, vaksin AstraZeneca atau ChAdOx1-S ditujukan untuk orang yang berusia 18 tahun ke atas dalam dua dosis. Sedangkan J&J juga untuk berusia 18 tahun ke atas, tapi hanya satu dosis.


Adenovirus dalam vaksin disebut tidak dapat bereproduksi dan tidak menyebabkan penyakit.


Efek samping dari kedua vaksin itu hampir sama persis, yakni nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, perasaan tidak enak badan secara umum, menggigil, demam, nyeri sendi dan mual.


Kemudian, hipersensitivitas (alergi) dan ruam gatal; trombosis (pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah) yang dikombinasikan dengan trombositopenia (tingkat trombosit darah yang rendah).


Di sisi lain, beberapa negara menyatakan vaksin AstraZeneca dan J&J hanya untuk orang lanjut usia di atas 60 tahun. Melansir The Local, negara seperti Italia dan Perancis memutuskan vaksin AstraZeneca untuk orang di atas 55 tahun karena khawatir terhadap efek samping pembekuan darah langka. BEST PROFIT


Melansir Brussels Times, pemerintah Jerman memutuskan vaksin J&J hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berusia di atas 60 tahun.


Seperti Italia dan Perancis, Jerman mengaku khawatir dengan efek samping terhadap efek pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah yang dikombinasikan dengan trombositopenia (tingkat trombosit darah yang rendah).



Sumber : cnnindonesia

Commentaires


RECENT POST
bottom of page