top of page

Riset: Perusahaan di Indonesia Gagap Olah Data

PT. BESTPROFIT FUTURES



Sebagian besar perusahaan di Indonesia kewalahan menangani perkembangan data yang sangat cepat berdasarkan riset Forrester Consulting untuk Dell Technologies. Riset ini dipicu besarnya volume, kecepatan, dan ragam data yang membanjiri perusahaan, teknologi, sumber daya manusia, dan proses. BESTPROFIT


Berdasarkan riset tersebut, alih-alih menjadi nilai tambah kompetitif bagi perusahaan, data malah jadi beban karena sejumlah faktor penghambat, antara lain kesenjangan keahlian (skill gap) untuk mengelola data, silo data, proses manual, silo bisnis, dan kurangnya keamanan data pribadi.


Riset tersebut mewawancarai lebih dari 4.000 pembuat keputusan dari 45 negara dan disusun berdasarkan hasil riset berjudul Digital Transformation Index yang mengukur tingkat kesiapan digital perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. BEST PROFIT


Paradoks persepsi


Dell Technologies menemukan faktor kontradiksi, dua pertiga responden Indonesia (69 persen) menyatakan bahwa perusahaan mereka mengutamakan data (data-driven) dan bahwa data merupakan sumber kehidupan bagi perusahaan mereka.


Tetapi hanya 22 persen yang telah memanfaatkan data sebagai modal dan memprioritaskan penggunaannya di seluruh lini bisnis.


Untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan persepsi atau paradoks tersebut, riset mengelompokkan pengukuran kesiapan data perusahaan menjadi Pemula (Data Novice), Teknisi (Data Technician), Antusias (Data Enthusiast), Juara (Data Champion). PT. BEST PROFIT


Hasilnya menunjukkan bahwa 88 persen perusahaan di Indonesia belum menunjukkan kemajuan, baik dari sisi teknologi dan pemrosesan data atau budaya dan kemampuan mereka mengelola data.


Hanya 12 persen perusahaan di Indonesia yang masuk dalam kategori Data Champion yaitu, perusahaan-perusahaan yang secara aktif terlibat di teknologi atau pemrosesan data dan memiliki budaya atau kemampuan mengelola data. Bahkan, riset ini menunjukkan bahwa 62 persen perusahaan di Indonesia masih jauh dari tujuan transformasi digital mereka.


Paradoks pengolahan


Riset ini juga menemukan bahwa 72 persen perusahaan di Indonesia mengumpulkan data lebih cepat daripada kemampuan mereka menganalisa dan menggunakannya, tapi 67 persen menyatakan mereka tetap membutuhkan lebih banyak data daripada kemampuan yang mereka miliki saat ini.


Paradoks tersebut, menurut riset, bisa terjadi karena tiga faktor yaitu pertama, 58 persen menyimpan mayoritas data di pusat data yang mereka miliki atau dikelola sendiri, meskipun mereka tahu manfaat dari pemrosesan data di edge (tempat data dihasilkan).


Kedua, kepemimpinan data yang buruk, 72 persen mengakui bahwa dewan direksi mereka belum secara transparan mendukung strategi data dan analitik perusahaan.


Ketiga, strategi TI yang tidak berkembang, 53 persen perusahaan masih menggunakan sistem yang menyimpan data mentah (data lake), daripada mengkonsolidasikan data yang sudah mereka miliki. PT. BESTPROFIT


Akibatnya ledakan data tersebut membuat perusahaan harus bekerja lebih keras alih-alih mengolahnya lebih mudah. Sebanyak 63 persen mengeluh data yang mereka miliki begitu banyak sehingga tidak bisa memenuhi persyaratan keamanan dan kepatuhan, 67 persen mengatakan tim mereka sudah kewalahan dengan data yang mereka miliki.


Selain itu, 60 persen perusahaan di Indonesia menyatakan kurangnya ahli data (data science) internal menjadi hambatan untuk bisa mengambil, menganalisis, dan menindaklanjuti data dengan lebih baik dan kurang memadainya keterampilan teknis (58 persen) untuk mengelola sistem penyimpanan data mentah, tapi hanya 19 persen perusahaan yang secara aktif merekrut ilmuwan digital dan/atau pengembang software.


"Ketika perusahaan di bawah tekanan besar untuk melakukan transformasi digital untuk mempercepat layanan pada pelanggan, mereka harus mendapatkan lebih banyak data dan harus bisa mengelola data yang mereka miliki dengan lebih baik. Terlebih saat ini, dimana 38 persen perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa pandemi secara signifikan telah meningkatkan jumlah data yang perlu mereka kumpulkan, simpan, dan analisa," ujar Richard Jeremiah, General Manager, Dell Technologies Indonesia melalui keterangan resmi beberapa waktu lalu.



Sumber : cnnindonesia

Comments


RECENT POST
bottom of page